JAKARTA, KABAR.ID- Masyarakat Indonesia dan dunia internasional kembali berduka, Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie), wafat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (11/9).
Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu meninggal dunia pada usia 83 tahun, akibat penyakit yang dideritanya. Kepada wartawan, putra Habibie, Thareq Kemal, mengatakan,”Bapak sudah tidak ada pada pukul 18.05 WIB.”
Kabar wafatnya Habibie juga dikukuhkan penyanyi sekaligus aktivis Melanie Subono melalui akun instagramnya @melaniesubono. Ayah Melanie, Adrie Subono, adalah keponakan Habibie.
“SAMPAI JUMPA DI KEABADIAN … Senangnya dah bisa ngelepas kangen sala eyang puteri, bisa berdua dua an lagi… Kita disini ikhlas asal eyang bahagia — SELAMAT JALAN,” tulis Melanie.
Habibie sebelumnya dirawat di ruang Cerebro Intensive Care UnitPaviliun Kartika RSPAD sejak 1 September 2019. Ketua Tim Dokter Kepresidenan Prof. dr. Azis Rani melalui keterangan resminya menyebutkan Habibie ditangani tim dokter spesialis dengan berbagai bidang keahlian, seperti jantung, penyakit dalam, dan ginjal.
Sejumlah tokoh bangsa dan pemimpin negara telah menjenguk Habibie di rumah sakit. Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno menjenguk Habibie pada Senin (9/9). Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono juga telah menjenguk Habibie di rumah sakit.
Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dalam konferensi pers Rabu (11/9), mengatakan pemerintah menetapkan hari berkabung nasional dan masyarakat diimbau mengibarkan bendera setengah tiang pada 12-14 September 2019, untuk memberikan penghormatan atas meninggalnya Presiden Republik Indonesia ke-3 Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie.
Habibie meninggalkan dua anak, yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal. Sementara istrinya, Hasri Ainun Besari telah meninggal dunia pada 2010 di Jerman.
BJ Habibie dikenal sebagai tokoh penting di balik kebangkitan sains dan teknologi di Indonesia, khususnya di bidang kedirgantaraan. Ia sempat mengenyam pendidikan dan bekerja di Jerman hingga mencapai puncak karir sebagai wakil presiden bidang teknologi di Messerschmitt-Bolkow-Blohm, suatu perusahaan penerbangan yang bermarkas di Hamburg.
Ia kembali ke Indonesia tahun 1973 dan mulai menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 – 1998. Ia juga menjadi Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ICMI.
Kecintaannya terhadap dunia pendidikan, menganugerahkan jejeran gelar di depan namanya, yakni Prof.DR(HC).Ing.Dr.Sc.Mult Bacharuddin Jusuf Habibie.[ab/uh,em/es/voa/ant/KI]