JAKARTA, KABAR.ID- Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin memahami posisi sejumlah negara yang secara geografis jauh dan menilai invasi Rusia ke Ukraina merupakan perang lokal. Namun, ia berharap negara-negara di dunia dapat membantu dalam menghentikan perang secepatnya.
Untuk Indonesia, Vasyl berharap agar pemerintah Indonesia bersikap tegas dengan mengutuk serangan dan menyebut pelakunya dengan jelas.
“Jika Anda tidak menyebutkan dengan jelas siapakah penyerangnya itu hanya seperti bayangan yang tidak jelas,” ujar Vasyl Hamianin dalam diskusi daring yang diselenggarakan Jakarta Foreign Correspondents Club pada Rabu (16/3/2022).
Menurut Vasyl Hamianin, Ukraina tidak mengharapkan dukungan militer dari Indonesia. Namun, upaya yang serius dan nyata diharapkan dapat menghentikan perang dengan segera. Sebab, kata dia, Ukraina tidak memiliki waktu untuk bernegosiasi jangka panjang yang bertahun-tahun.
Selain itu, Ukraina berharap Indonesia dapat memberi bantuan kemanusiaan kepada warga sipil seperti obat-obatan, generator, dan selimut.
“Berdoa dengan Ukraina dan dukungan nyata apapun yang bisa kami dapat,” tambahnya.
Vasyl berpandangan Indonesia yang memegang Presidensi Group of Twenty (G20) memiliki pengaruh yang kuat dibandingkan periode sebelumnya. Karena itu ia menilai Indonesia juga memiliki tugas dalam menjaga perdamaian dan stabilitas dunia.
Pengamat: Indonesia Jangan Ikut Genderang Ukraina
Pengamat hubungan internasional Hikmahanto Juwana menyarankan pemerintah tidak mengikuti keinginan Ukraina dalam konflik kedua negara. Menurutnya, keberpihakan Indonesia ke salah satu negara justru akan membuat sulit posisi Indonesia dalam mendamaikan kedua negara.
Namun, kata dia, kondisi sekarang agak sulit karena sikap Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) yang sudah terkesan berpihak ke Ukraina.
“Jadi Kemenlu harus datang ke Rusia dan menyampaikan permintaan maaf karena telah mengambil keputusan yang tidak dipikirkan secara mendalam,” jelas Hikmahanto.
Hikmahanto menambahkan Indonesia juga dapat meyakinkan Amerika Serikat dan NATO untuk tidak menerima Ukraina sebagai anggota NATO. Termasuk mendorong PBB mengeluarkan resolusi agar Ukraina menjadi negara yang netral. Dengan langkah ini, ia menilai Indonesia dapat memiliki peluang sebagai penengah dalam mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.
“Indonesia melakukan ini bukan Indonesia sebagai sebuah negara tapi Indonesia sebagai presiden G20,” tambahnya.
Sebaliknya, kata dia, Indonesia berpeluang dimusuhi Rusia dan menjadi daftar negara yang tidak bersahabat jika terus berpihak kepada Ukraina. Menurutnya, kondisi ini akan menyulitkan Indonesia yang masih memerlukan investasi dan suku cadang pesawat dari Rusia (VOA/KBI)