Ilustrasi potret akibat gempa dan tsunami. Foto : Ist. |
Rentetan bencana alam yang menghantam bumi Nusantara terutama gempa bumi yang dikerap disusul dengan tsunami seperti yang terjadi di Aceh, Lombok dan terakhir ini terjadi di Palu, Donggala dan Sigi, Sulawesi Tengah memberikan kita pelajaran, akan pentingnya mengenal secara dini dua fenomena alam tersebut.
Apalagi kita tinggal di pertemuan 3 lempeng ( lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik) yang sangat rentan digoyang gempa. Untuk itu sangat penting bagi kita yang tinggal dimanapun di Indonesia ini, baik yang di Sabang sampai Merauke harus mengetahui apa yang harus dilakukan jika menghadapi gempa dan tsunami.
Berikut tips sederhana yang dianjurkan banyak ahli penanganan bencana yang bisa dilakukan oleh kelompok masyarakat dan individu dalam menghadapi gempa dan tsunami.
Langkah yang harus dilakukan Kelompok Sadar Bencana ini antara lain :
1. Petakan daerah rawan genangan tertinggi tsunami, jalur evakuasi, dan tempat penampungan sementara yang cukup aman.
2. Berkoordinasi dengan Badan Meterologi dan Geofisika (BMG), kepolisian, pemerintah daerah, dan rumah sakit. Jika data dari BMG mengenai peringatan dini bencana tak bisa diharapkan kecepatannya, komunitas ini harus menghimpun gejala-gejala alam yang tidak biasa terjadi.
3. Melakukan pertemuan rutin untuk menambah pengetahuan mengenai gempa dan tsunami. Jika perlu, mendatangkan ahli.
4. Melakukan latihan secara reguler, baik terjadwal maupun tidak terjadwal.
5. Buat deadline waktu respon evakuasi untuk diterapkan saat latihan agar dalam bencana sesungguhnya telah terbiasa merespon secara cepat.
6. Buat kode tertentu yang dikenali masyarakat sekitar untuk menandakan evakuasi. Semisal di Pulau Simeuleu yang paling dekat dengan episentrum gempa Aceh, memiliki istilah Semong yang diteriakkan berulang kali untuk menunjukkan adanya tsunami. Dengan kode ini, otomatis harus dilakukan evakuasi secepatnya ke tempat yang lebih tinggi.Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat anggota komunitas tinggal.
7. Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat anggota komunitas tinggal.
Sedangkan langkah yang harus dilakukan tiap individu adalah :
1. Siapkan satu tas darurat yang sudah diisi keperluan-keperluan mengungsi untuk 3 hari. Di dalamnya termasuk, pakaian, makanan, surat-surat berharga, dan minuman secukupnya. Jangan membawa tas terlalu berat karena akan mengurangi kelincahan mobilitas.
2. Selalu merespon tiap latihan dengan serius sama seperti saat terjadinya bencana.
3. Selalu peka dengan fenomena alam yang tidak biasa.
4. Untuk membaca tanda-tanda alam sebelum terjadinya tsunami, Amien Widodo memberikan sejumlah petunjuk berdasarkan pengalaman tsunami-tsunami sebelumnya.
5. Terdengar suara gemuruh yang terjadi akibat pergeseran lapisan tanah. Suara ini bisa didengar dalam radius ratusan kilometer seperti yang terjadi saat gempa dan tsunami di Pangandaran lalu.
6. Jika pusat gempa berada di bawah permukaan laut dikedalaman dangkal dan kekuatan lebih dari 7 skala richter, perlu diwaspadai adanya tsunami.
7. Jangka waktu sapuan gelombang tsunami di pesisir bisa dihitung berdasarkan jarak episentrumnya dengan pesisir.
8. Garis pantai dengan cepat surut karena gaya yang ditimbulkan pergeseran lapisan tanah. Surutnya garis pantai ini bisa jadi cukup jauh.
9. Karena surutnya garis pantai, tercium bau-bau yang khas seperti bau amis dan kadang bau belerang.
10. Untuk wilayah yang memiliki jaringan pipa bawah tanah, terjadi kerusakan jaringan-jaringan pipa akibat gerakan permukaan tanah.
11. Dalam sejumlah kasus, perilaku binatang juga bisa dijadikan peringatan dini terjadinya tsunami. Sesaat sebelum tsunami di Aceh, ribuan burung panik dan menjauhi pantai, sedangkan gajah-gajah di Thailand gelisah dan juga menjauhi pantai. ***