Pertemuan delegasi Fatah Nabil Shaath dan PM Hamas Ismail Haniyah beberapa waktu lalu.
RAMALLAH, KABAR.ID – Kelompok Palestina Hamas dan Fatah dijadwalkan untuk bertemu di ibu kota China, Beijing, pada 20 Juli untuk membahas rekonsiliasi antar-Palestina.
“Pertemuan ini akan dipimpin oleh China dan melibatkan berbagai kelompok Palestina dalam upaya mengakhiri perpecahan internal, dimulai dengan pertemuan langsung antara Hamas dan Fatah,” kata Abdel Fattah Dawla, seorang pemimpin senior dari Fatah seperti dikutip Kabar.id dari Anadolu Agency.
Dia menambahkan bahwa pertemuan ini dijadwalkan akan dimulai pada 20 Juli dan berlangsung selama tiga hari.
“Kami dari Gerakan Fatah bersedia untuk menyelesaikan dan mengatasi segala hambatan menuju rekonsiliasi, terutama di tengah situasi sulit yang dihadapi warga Palestina akibat konflik di Gaza,” tambah Dawla.
Sementara itu, Azzam Al-Ahmad, anggota Komite Pusat Fatah, menekankan bahwa gerakannya siap untuk berpartisipasi dalam pertemuan di Beijing dengan sikap terbuka, dengan tujuan utama mengakhiri perpecahan yang telah berlangsung lama.
Hingga saat ini, kelompok Hamas belum memberikan tanggapan resmi terkait rencana pertemuan tersebut.
Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menyatakan bahwa China secara konsisten mendukung upaya rekonsiliasi dan persatuan faksi-faksi Palestina melalui dialog dan konsultasi.
“China menyediakan platform dan menciptakan peluang bagi faksi-faksi Palestina untuk terlibat dalam dialog rekonsiliasi,” kata Lin, merespons kemungkinan pertemuan antara Hamas dan Fatah di Beijing.
Sebelum pertemuan ini di Beijing, pada bulan April lalu, perwakilan dari Hamas dan Fatah telah mengadakan konsultasi mengenai kemajuan rekonsiliasi intra-Palestina dan dialog mendalam di Beijing.
Sejak terpecahnya Palestina menjadi wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza pada Juni 2007, konflik internal antara Hamas yang menguasai Gaza dan Fatah yang memerintah Tepi Barat telah menghambat upaya rekonsiliasi. Meskipun telah ada upaya sebelumnya di Turki, Aljazair, dan Mesir, belum ada terobosan signifikan dalam proses rekonsiliasi ini.
Hamas meraih mayoritas dalam pemilihan legislatif tahun 2006 dan sejak itu menguasai Jalur Gaza, sementara Fatah memegang kendali di Tepi Barat (AA/Ant/KBI)