YOGYAKARTA, KABAR.ID- E-commerce merupakan suatu keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dalam kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya (poleksusbud) apapun. Manusia yang menguasai e-commerce akan menguasai perdagangan dunia.
Hal tersebut disampaikan KRMT Roy Suryo dalam Seminar Merajut Nusantara bertema “Pemanfaatan Media Sosial untuk Bisnis UMKM” yang diselenggarakan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI)Kementerian Komunikasi dan Informasi (KOMINFO RI) di The Grand Palace Hotel, Yogyakarta, Sabtu (30/11/2019).
Roy yang dikenal juga sebagai Pakar Telematika Indonesia ini menegaskan bahwa era informasi telah membawa perubahan besar dalam tatanan kehidupan, hal ini membuka peluang baru untuk berbisnis, layanan pemerintahan dan demokrasi.
Karena itu, kemajuan teknologi informasi perlu diimbangi dengan tersedianya perangkat legal untuk mencegah new crimes, frauds dan negative externalities.
Roy menyampaikan realita e-commerce di Indonesia tidak sampai 10% dari pengguna internet yang pernah berbelanja atau transaksi di internet dengan alasan masalah keamanan dalam pembayaran, kekuatiran terhadap kualitas barang.
“Ditambah lagi budaya ‘shopping as a leisure’ yaitu lebih suka berbelanja secara langsung sekaligus rekreasi,” kata Roy yang juga sebagai Anggota DPR RI Periode 2014-2019.
Namun demikian, Roy berkeyakinan transaksi belanja melalui internet akan meningkat, seiring peningkatan literasi digital yang gencar dilakukan BAKTI – Kominfo RI.
Menurutnya, jenis produk yang diminati di Indonesia adalah buk, software dan hardware komputer, elektronik, peralatan kantor, peralatan olahraga dan pakaian.
Roy memandang, situasi tersebut memberi celah bagi pelaku bisnis UMKM untuk melakukan penetrasi produknya melalui media sosial maupun platforme-commerce.
Menanggapi usulan Presiden Jokowi yang melontarkan ide agar dipersiapkan artificial intelligence untuk menggantikan tugas-tugas Eselon III dan IV, Roy Suryo menganggap itu memang sebuah keniscayaan yang harus dilakukan, tetapi penting untuk tetap diingat sifat manusiawi dan kearifan lokal.
“Generasi milenial memang sudah melek IT dibanding generasi kolonial, namun terkadang mereka cenderung ingin semua serba instant, tidak mau melewati proses perjuangan. Padahal dengan proses-proses tersebut kita semua bisa belajar saling menghormati sesama dan tetap tidak kehilangan sifat kemanusiaannya,” ujarnya yang disambut antusias ratusan peserta seminar dari kalangan mahasiswa dan masyarakat.
Sementara, Aris Kurniawan, Kasubdit Pemberdayaan Kapasitas TIK, Direktorat Pemberdayaan Informatika KOMINFO RI menguraikan bahw media sosial seperti Instagram, facebook itu sebagai media untuk promosi produk bagi seller dan berfungsi sebagai etalase untuk melihat dan komparasi produk (window shopping) bagi buyer.
“Setelah memiliki media sosial yang digunakan sebagai etalase produk, selanjutnya bisa menggunakan media sosial seperti whatsapp dan line untuk digunakan menanyakan detail produk dan melakukan nego harga,” kata Aris.
Selanjutnya, marketplace seperti tokopedia, shoppee, bukalapak digunakan untuk transaksi karena banyak promo menarik, gratis ongkir, cashbackserta pengiriman produk dapat dilacak dan dijamin keamannya oleh pengelola marketplace, bahkan ada opsi asuransinya.
“Melalui marketplace sudah dapat memberikan keamanan bertransaksi di internet, jika di luar marketplace, resiko produk tidak sampai tujuan ditanggung penuh oleh pembeli,” ujar Aris.
Pembicara dari praktisi bisnis Dr. Timbul Raharjo yang juga sebagai Dosen ISI Yogyakarta menekankan bahwa untuk melakukan bisnis UMKM itu harus meiliki keunikan, produknya menarik, memiliki peluang untuk dikembangkan, mampu bersaing dan telaten menjalani bisnis.
Melalui Media sosial, pelaku bisnis mampu memulai bisnisnya tanpa harus menunggu modal yang besar. (mtq/wan)